Jumat, 23 Januari 2015

Raskin, Penduduk Miskin dan Pemerataan

Raskin, Penduduk Miskin dan Pemerataan

RASKIN; Beras Bersubsidi yang diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah merupakan Program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan sosial pada Rumah Tangga Sasaran (RTS).

Apa tujuan Program Raskin?
Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.Lebih jauh, program raskin bertujuan untuk membantu kelompok miskindan rentan miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa kendala. Efektivitas Raskin sebagai perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kecupan nilai transfer pendapatan dan ketepatan sasaran kepada kelompok miskin dan rentan.

Siapa yang berhak menerima beras Raskin?
Rumah tangga yang berhak menerima beras Raskin, atau juga disebut Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin, adalah rumah tangga yang terdapat dalam data yang diterbitkan dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011 yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan disahkan oleh Kemenko Kesra RI. Tahun 2012, Program Raskin menyediakan beras bersubsidi kepada 17,5juta RTS-PM dengan kondisi sosial ekonomi terendah di Indonesia (kelompok miskin dan rentan miskin).Sedangkan untuk tahun 2013, Program Raskin menyediakan beras bersubsidi kepada 15,5 juta RTS-PM. Jumlah RTS-PM Program Raskin nasional tahun 2014 adalah sebanyak 15.530.897 rumah tangga (tidak mengalami perubahan dari tahun 2013), yaitu rumah tangga yang menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebagai penanda kepesertaannya, atau Surat Keterangan Rumah Tangga Miskin (SKRTM) untuk rumah tangga pengganti hasil musyawarah desa/kelurahan (musdes/muskel)
Sejogyanya beras "RASKIN" ini hanya diperuntukkan bagi beberapa Rumah Tangga yang namanya sudah termasuk dalam daftar Nama Rumah Tangga Sasaran (RTS) namun dalam pelaksanaannya ada yang Dibagi Habis secara merata untuk semua Rumah Tangga "miskin"yang berdomisili di suatu wilayah Desa/Dusun/RW/RT tersebut, sehingga dapat dikatakan semua Rumah Tangga "miskin" Mendapatkan Jatah RASKIN tersebut. 

Sumber utama Basis Data Terpadu adalah Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS 2011) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diserahterimakan kepada Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).Sekali lagi perlu diperjelas bahwa bahwa BPS melakukan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) ini pada tahun 2011 yang tentunya seiring dengan berjalannya waktu telah banyak terjadim perubahan dinamika perekonomian di suatu wilayah.  Mengingat dinamika yang sangat cepat berubah tersebut, tentunya proses Pemutakhiran Data menjadi sangat Penting.

Tim Koordinasi Raskin perlu mengadakan musyawarah desa (mudes)/musyawarah kelurahan (muskel)yang melibatkan aparat desa/kelurahan, kelompok masyarakat desa/kelurahan, dan perwakilan RTS-PM Raskin dari setiap Satuan Lingkungan Setempat (SLS) setingkat dusun atau RW untuk menetapkan kebijakan lokal, yaitu:
  1. Verifikasi dan pemutakhiran RTS-PM yang terdapat dalam DPM.
  2. RTS-PM yang kepala rumah tangganya sudah meninggal dapat digantikan oleh salah satu anggota rumah tangganya. Untuk RTS-PM tunggalyang sudah meninggal, pindah alamat keluar desa/kelurahan, atau yang dinilai tidak layak sebagai penerima Raskin, maka digantikan oleh rumah tangga lainnya yang dinilai layak.
  3. Rumah tangga yang dinilai layak untuk menggantikan RTS-PM pada butir di atas adalah diprioritaskan kepada rumah tangga miskin yang memiliki anggota rumah tangga lebih besar, terdiri dari: balita dan anak usia sekolah, kepala rumah tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya tidak layak huni, berpenghasilan paling rendah dan tidak tetap.
  4. Pelaksanaan musyawarah dapat dilakukan sepanjang tahun berjalan sesuai dengan kebutuhan.Apabila setelah dilakukan verifikasi dan pemutakhiran daftar RTS-PM di desa/kelurahan terdapat perubahan pagu RTS-PM di dua desa/kelurahan atau lebih di dalam satu kecamatan yang sama, makadilakukan musyawarah kecamatan (muscam) yang bertujuan untuk koordinasi penyesuaian pagu antardesa/kelurahan dengan tidak mengubah jumlah pagu kecamatan tersebut.
  5. Hasil mudes/muskel dan muscam dimasukkan dalam Form Rekap Pengganti (FRP) RTS-PM dan dilaporkan secara berjenjang kepada TNP2K. 

Kamis, 18 Desember 2014

Penduduk Miskin, Konsep Definisi, Kriteria Pengertian Penghitungan dan Variabelnya Menurut BPS

Penduduk Miskin, Konsep Definisi Kriteria Pengertian Penghitungan dan Variabelnya Menurut BPS 1.Penduduk Miskin Konsep: Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Sumber Data : Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor. Garis Kemiskinan (GK) Konsep: Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll) Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Sumber Data : Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor. Rumus Penghitungan : GK = GKM + GKNM GK= Garis Kemiskinan GKM= Garis Kemiskinan Makanan GKNM= Garis Kemiskinan Non Makan Teknik penghitungan GKM o Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference populaion) yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). o Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah : Dimana : GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100 kilokalori). Pjk = Harga komoditi k di daerah j. Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j. Vjk = Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j. j = Daerah (perkotaan atau pedesaan) Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga : Dimana : Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j Dimana : Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2100 kilokalori/kapita/hari. o Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dsan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum perkomoditi /sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-makanan yang lebih rinci dibanding data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut : Dimana: NFp = Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah p (GKNMp). Vi = Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok non-makanan daerah p (dari Susenas modul konsumsi). ri = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan menurut daerah (hasil SPPKD 2004). i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p. p = Daerah (perkotaan atau pedesaan). III. Persentase Penduduk Miskin Kosep : Head Count Index (HCI-P0), adalah persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK). Sumber Data : Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor. Rumus Penghitungan : Dimana : α = 0 z = garis kemiskinan. yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, …., q), yi < z q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. n = jumlah penduduk. Indeks Kedalaman Kemiskinan Kosep : Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis kemiskinan. Suber Data : Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor. Rumus Penghitungan : Dimana : α = 1 z = garis kemiskinan. yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, …., q), yi < z q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. n = jumlah penduduk. Indeks Keparahan Kemiskinan Konsep : Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Sumber Data : Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor. Rumus Penghitungan : D Dimana : α = 2 z = garis kemiskinan. yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, …., q), yi < z q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. n = jumlah penduduk.

Selasa, 05 Agustus 2014

Konsep Definisi Beda Hasil Juga Beda

Konsep Definisi Beda Hasil Juga Beda 

Satu Kesatuan Konsep Definisi untuk mendeskripsikan sesuatu benda,orang,tempat dan hal lainnya sangat diperlukan agar didapatkan pengertian, hasil dan keterbandingan yang bersifat Universal menyeluruh.
Kali ini Konsepdefinisi mencoba untuk sedikit mengulas tentang Pentingnya Konsep Definisi yang sama dengan cerita yang mungkin sudah pernah pembaca temukan tentang "Empat orang Buta yang mendeskripsikan Gajah 20px;"> Karena mereka sama sekali tidak mengetahui bentuk rupa Gajah maka mereka hanya bisa meraba saja.
Keempat Orang Buta ini masing masing hanya meraba bagian tertentu saja dari sang Gajah;
Orang Buta Pertama Meraba Bagian "telinga" Gajah
Orang Buta Kedua Meraba Bagian "Perut" Gajah
Orang Buta Ketiga Meraba Bagian "Kaki" Gajah , sedangkan
Orang Buta Keempat Meraba Bagian "Belalai" Gajah.

Ketika Masing Masing Orang Buta tersebut diminta untuk mendeskripsikan tentang Konsep definisi "Gajah"  maka mereka akan menguraikan sesuai bagian yang mereka raba masing masing seperti berikut:
Orang Buta Pertama yg meraba "Telinga" mendeskrifsikan gajah itu Luas dan lebar terasa, kasar, tipis seperti tampah.
Orang Buta Kedua yg meraba "Perut" Mendeskripsikan gajah itu Besar kasar dan bulat seperti gentong atau Bedug di masjid.
Orang Buta Ketiga yg meraba "Kaki" mengatakan gajah itu tegak lurus kuat seperti pohon kelapa, dan
Orang Buta Terakhir "keempat" yg meraba "Belalai" mengatakan gajah itu bulat lentur seperti Ular dan bersuara nyaring.

Dari kisah tersebut di atas dapat kita lihat bahwa masing masing orang buta tersebut mendeskripsikan "Gajah" secara benar akan tetapi apa yang digambarkan oleh masing masing bukanlah Deskripsi "Gajah" secara keseluruhan sehingga hasil yang diperoleh akan  berbeda.

Konsep Definisi yang belum bersifat Universal dari masing masing orang buta di atas mengakibatkan hasil yang berbeda.  Tulisan ini penulis kaitan dengan perbedaan data Jumlah Penduduk ataupun Jumlah Pemilih yang berbeda jauh khususnya berkenaan dengan Pemilihan Presiden PILPRES 2014 di Kabupaten PAPUA yang sangat berbeda jauh antara Data Jumlah Penduduk terutama Versi BPS yang  lebih kecil dari Jumlah DPT di Kabupaten Papua tersebut.
Perbedaan ini menurut penulis adalah akibat dari perbedaan Konsep Definisi Penduduk yang dipergunakan oleh masing masing (dalam hal ini BPS dan Dinas Kependudukan/KPU) yang belum satu kata.

Minggu, 05 Januari 2014

Konsep Definisi Istilah dalam PDB/PDRB

Konsep Definisi Istilah dalam  PDB/PDRB  

Laju Pertumbuhan PDB/PDRB Economy Growth

Konsep dan Definisi
Menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu
tertentu. Pertumbuhan ekonomi sama dengan pertumbuhan PDB. Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi
menggunakan PDB atas dasar harga konstan dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga.

Indeks Implisit Implicit Indeks
Konsep dan Definisi
Suatu indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan harga di tingkat produsen (producer price index).

Distribusi Persentase PDB/PDRB Distribution of GDP/GRDP

Konsep dan Definisi
Sumbangan dari setiap satuan unit pengamatan (lapangan usaha dalam PDB/PDRB sektoral atau penggunaan
dalam PDRB/PDB pengeluaran) terhadap total agregat PDRB/PDB yang dinyatakan dalam persentase.

PDB/PDRB per Kapita GDP/GDRP per Capita

Konsep dan Definisi
Merupakan nilai PDB atau PDRB dibagi jumlah penduduk dalam suatu wilayah per periode tertentu.

KONSEP DEFINISI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Gross Domestic Product/Gross Domestic Regional Product

Konsep dan Definisi:

Nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
PDB terbagi menjadi dua jenis yaitu PDB atas dasar harga berlaku (nominal) dan atas dasar harga konstan (riil). PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, sedangkan PDB atas dasar harga berlaku digunakan untuk menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan suatu negara. Untuk PDRB, secara keseluruhan sama dengan PDB, yang membedakan hanya PDB dalam lingkup nasional dan PDRB dalam lingkup yang lebih kecil (wilayah).
Terdapat tiga pendekatan untuk menghitung PDB/PDRB, yaitu pendekatan produksi,pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Pendekatan produksi Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masingmasing total nilai produksi (output) tiap tiap sektor atau subsektor, yang terbagi
dalam 9 sektor.

Pendekatan pengeluaran  PDB diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh
faktor‐ faktor produksi.

Pendekatan pendapatan PDB diperoleh dari hasil penjumlahan semua komponen permintaan akhir.






Rabu, 25 September 2013

Pidato Kepala BPS RI dalam Upacara Peringatan Hari Statistik 2013

Pidato Kepala BPS RI dalam Upacara Peringatan Hari Statistik 2013

Peringatan Hari Statistik tahun 2013 ini Jatuh pada hari Kamis 26 September 2013; seluruh Insan BPS pada hari ini di seluruh wilayah Republik Indonesia Menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Statistik Nasional  (HSN) Tahun 2013.

Berikut adalah Pidato Kepala BPS RI yang disampaikan dalam Upacara Peringatan Hari Statistik Nasional 2013 (HSN 2013) di Seluruh Provinsi dan Kabupaten Kota di Indonesia:

Description: Description: LOGO BPS.pngSAMBUTAN KEPALA BPS-RI
PADA ACARA
PERINGATAN HARI STATISTIK NASIONAL
JAKARTA, 26 SEPTEMBER 2013

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melaksanakan upacara peringatan Hari Statistik Nasional yang jatuh tepat pada hari ini, Kamis, 26 September 2013.

Saudara-saudara sekalian,
Sejak beberapa minggu yang lalu, semangat perayaan Hari Statistik yang semarak, ramai, dan gegap gempita sangat terasa. Berbagai perlombaan di tingkat pusat sudah kita gelar, mulai dari lomba kebersihan, pertandingan futsal dan volley putra, lomba menghias tumpeng, dan gerak jalan santai. Bahkan, bukan hanya pegawai, para pejabat eselon 1 dan 2 pun ikut meramaikan peringatan Hari Statistik Nasional dengan berpartisipasi dalam pertandingan volley. Saya juga mendengar bahwa BPS di berbagai daerah juga melaksanakan berbagai macam kegiatan yang tidak kalah semaraknya.

Berbagai bentuk perlombaan tersebut bukan sekadar untuk bersenang-senang apalagi untuk santai atau menghindar dari kewajiban bekerja. Tapi, kesemarakan tersebut merupakan bentuk perayaan atas capaian yang telah berhasil kita raih sebagai lembaga penyedia data statistik dan kontribusi yang telah diberikan oleh statistik itu sendiri dalam mencerdaskan, memajukan, dan membangun bangsa. Lebih dari itu, momentum ini sebaiknya juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan awareness (kesadaran) dari semua insan statistik akan pentingnya statistik sehingga penerapan SistemStatistik Nasional (SSN) yang efektif dan handal akan dapat dilakukan. Contoh sederhana saja untuk di tingkat pusat, saat gerak jalan Sabtu kemarin, masyarakat pasti akan penasaran ketika melihat kita berjalan beriringan, memakai kaos warna merah bertuliskan 26 September Hari Statistik Nasional. Dari curiosity atau rasa penasaran inilah kita harapkan kesadaran masyarakat akan BPS, data statistik, dan perannya akan terbangun. Kita Juga sudah mengirimkan Kartu Pemberitahuan Hari Statistik Nasional kepada seluruh Kementerian / Lembaga dan seluruh Stakeholder Dalam dan Luar Negeri yang ada di Indonesia, Gubernur, Bupati, Walikota dan Media Massa sebagai upaya mensosialisasikan HSN dan website BPS serta permohonan dukungan dalam penyelenggaraan statistik

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap statistik inilah maka tanggal 25 September 2013 kemarin BPS menyelenggarakan sosialisasi kegiatan BPS tahun 2013 yang dikemas dalam Dialog Interaktif dengan tema “Data Mencerdaskan Bangsa”. Berbagai stakeholder dan data user diundang untuk menghadiri acara ini, antara lain dari Kementerian/Lembaga, akademisi, senat mahasiswa, peneliti, ekonom, LSM, tokoh agama dan masyarakat, berbagai organisasi, serta rekan-rekan media cetak dan elektronik. Upacara yang sekarang kita ikuti bersama ini merupakan puncak acara peringatan Hari Statistik Nasional tahun 2013. Semoga melalui berbagai rangkaian kegiatan tersebut, kita dapat merangkul semua pihak untuk membangun dan mengembangkan komunikasi, koordinasi dan sinergi yang positif antara tiga pihak yang sangat terkait dengan statistik dan tidak terpisahkan, yaitu sumber data, penghasil data (BPS), dan pengguna data.
Saudara-saudara yang berbahagia,
Tema Hari Statistik Nasional tahun ini, yaitu “Dengan Semangat Hari Statistik Nasional Kita Wujudkan Data Statistik yang Akurat dan Terpercaya” pada intinya mengajak kita semua untuk menghasilkan data yang berkualitas. Memang terdengar sederhana akan tetapi pada kenyataannya untuk menghasilkan statistik yang berkualitas sangatlah tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin. Difficult, but not impossible. Koordinasi dengan berbagai pihak memang diperlukan, akan tetapi yang terpenting adalah komitmen dan kesungguhan seluruh jajaran BPS untuk terus meningkatkan kualitas data yang kita hasilkan dengan berpegang pada Core Values BPS, Profesional, Integritas, dan Amanah. Ada begitu banyak tahapan kegiatan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengolahan, analisis, dan diseminasi, masing-masing tahapan harus kita cermati dan benar-benar kita pastikan kualitasnya.

Oleh karena itu, semua lini BPS, termasuk dari para KSK sebagai ujung tombak kegiatan kita, saya harapkan dapat mengumpulkan, menghasilkan, dan menyajikan data yang berkualitas secara baik dan benar. Sempurnakan metodologi, konsep, dan definisi dari setiap sensus dan survei yang kita laksanakan dengan didukung teknologi informasi yang mutakhir sehingga kita dapat menghasilkan data secara akurat, efektif, dan efisien serta dapat menyajikannya secara tepat waktu, menarik dan sederhana namun tetap informatif.

Saudara-saudara sekalian,
Saat ini BPS tengah menjalankan banyak kegiatan, baik yang merupakan tugas rutin maupun ad hoc. Sebagai informasi, pada tanggal 7-10 Oktober mendatang, BPS akan menjadi tuan rumah acara berskala internasional, yaitu “International Seminar on Trade and Tourism Statistics”. Acara tersebut merupakan kerjasama antara UNSD, APEC, ASEAN Secretariat-AANZFTA, dan BPS yang akan dihadiri oleh peserta dari kurang lebih 30 negara, antara lain negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti Jepang, Australia, dan Amerika. Yang ingin saya tekankan adalah jika sekarang pekerjaan BPS sudah sangat banyak dan bahkan nyaris tanpa jeda, ke depan volume pekerjaan BPS akan semakin bervariasi dan padat bukan hanya dalam skala nasional tetapi juga internasional.

Terkait dengan hal ini, pada kesempatan yang baik ini saya minta Saudara-saudara senantiasa memberikan dukungan terhadap segala aktivitas BPS. Khusus untuk kegiatan internasional dimana kita menjadi tuan rumahnya, saya berharap kepada seluruh jajaran BPS Pusat untuk dapat ikut menjadi tuan rumah yang baik, ramah, dan hangat. Selanjutnya, terus tingkatkan kinerja dan produktivitas, rencanakan dan organisasikan semua kegiatan dengan baik dan tertib, baik dalam bidang teknis maupun administratif. Dengan banyaknya kegiatan BPS termasuk kegiatan yang merupakan kerja sama dengan instansi lain, mengharuskan kita untuk mematuhi prosedur yang telah ditentukan dan menekankan tentang pentingnya tertib administrasi. Hal ini akan sangat menentukan apakah BPS ke depannya masih dapat mempertahankan opini WTP atau tidak dari BPK.

Saudara-saudara yang saya cintai dan banggakan,
          Akhirnya, sebagai penutup sambutan ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Saudara-saudara atas pengabdian dan komitmen yang luar biasa terhadap BPS. Selamat Hari Statistik Nasional, semoga kita dapat senantiasa menghasilkan data yang akurat dan terpercaya seperti tema peringatan tahun ini.
          Demikian sambutan saya pada kesempatan yang istimewa ini. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan dan meridhoi usaha kita dalam membangun bangsa dengan data.
Wabillahitaufik walhidayah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 26 September 2013
Kepala Badan Pusat Statistik RI,

Dr. Suryamin

Kamis, 21 Maret 2013

Perjuangan Memperoleh Data

Perjuangan Memperoleh Data

Bagaimana Sulitnya memperoleh data mungkin belum pernah anda bayangkan, dalam video berikut ditampilkan Bagaimana Perjuangan Berat yang harus ditempuh melalui medan yang memiliki tingkat kesulitan dan bahkan mengancam keselamatan nyawa sang PETUGAS STATISTIK untuk mendapatkan isian Quesioner yang mungkin bila ditabulasikan hanya akan menghasilkan beberapa tabel saja atau bahkan hanya menghasilkan SATU ANGKA saja.